Mengenal Gua Jepang Sentonorejo, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta

Lokasi gua Jepang Sentonorejo atau Jogotirto ini berada tak jauh dari situs candi Abang dan gua Sentono. Secara geografis, situs gua Jepang berada pada koordinat -7.80896 dan 110.47406 dengan topografi terjal.

Gua Jepang ini terdiri dari 4 buah gua yang berjajar dan berbentuk persegi, dengan keempat ujung gua tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Gua ini dibuat atau dibangun oleh pekerja paksa Indonesia (romusha) bentukan tentara Jepang pada saat menguasai Yogyakarta yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan amunisi.

Di dalam gua tersebut, terdapat pula lubang bentukan yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bom, namun bom-bom tersebut telah dikeluarkan dan lubang tersebut telah ditutup dengan semen.


Isi tulisan papan informasi di depan gua Jepang, yang bertulisan:

Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sejumlah bangunan pertahanan dan perlindungan yang dibangun oleh tentara pendudukan Jepang. Salah satu benteng pertahanan tersebut adalah gua. Bangunan-bangunan gua tersebut didirikan di wilayah yang diduga memungkinkan pendaratan musuh Jepang (Pasukan Sekutu) yaitu sekitar perbukitan di dekat Pantai Parangtritis, sekitar Bukit Plawanan, Kaliurang, dan sekitar Lapangan Udara Maguwo.

Bisa dikatakan bahwa fungsi Gua Jepang di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:
  • Gua untuk kepentingan pengintaian dan penembakan.
  • Gua untuk pengintaian yang diidentifikasi dengan adanya menara pengintaian.
  • Gua untuk kepentingan logistik dan akomodasi pasukan.
  • Gua untuk kepentingan penyimpanan amunisi dan bunker pasukan.

Gua Jepang yang berada di dusun Sentonorejo, Jogotirto, Berbah, Sleman kemungkinan merupakan salah satu tinggalan benteng pertahanan yang bertujuan untuk menjaga keselamatan fasilitas vital, yaitu Lapangan Terbang Maguwo (Adisutjipto). Pemilihan lokasi ini kemungkinan letak Dusun Sentonorejo yang tidak terlalu jauh dari Lapangan Adisutjipto (+/-10 km) dan didukung oleh keadaan geografi yang merupakan daerah perbukitan. Gua ini berdasarkan informasi dari Bapak Atmosentono (salah seorang romusha yang terlibat dalam pembuatan gua) digunakan untuk gudang amunisi. Hal ini dapat dilihat dengan dibuatnya pintu di keempat lubang masuk yang terbuat dari baja.

Dengan adanya bukti tersebut, bisa dikatakan bahwa tentara Jepang menjaga dengan ketat garis pantai, celah-celah lebih di sekitar pegunungan dan dataran rendah, baik di bagian sisi selatan, barat daya, maupun barat. Hal ini dalam upaya operasi pertahanan wilayah regional yang dilakukan secara taktis dan sistematis. Dengan demikian mereka telah terus berusaha untuk mempertahankan kekuasaannya dengan membuat fasilitas-fasilitas secara solid.

Gua Jepang Sentonorejo dibuat dengan memanfaatkan batu kulit cadas yang mempunyai ketinggian 8 (delapan) meter. Gua ini mempunyai 4 (empat) lorong pintu masuk menghadap ke barat. Pada bagian pintu diperkuat dengan pasangan bata berspasi kapur dengan lepa dan aciannya. Pada bagian samping terdapat “luka” bekas pintu. Secara keseluruhan lebar keempat gua dari utara ke selatan adalah 28 (dua puluh delapan) meter.

Penamaan gua diurutkan dari sebelah utara ke selatan dengan urutan nama Gua I, II, III, dan IV. Jarak antara Gua I dan Gua II selebar 6,23 (enam koma dua puluh tiga) meter, antara Gua II dan Gua III selebar 6,24 (enam koma dua puluh empat) meter dan jarak antara gua III dan gua IV selebar 5,70 (lima koma tujuh puluh) meter. Tinggi keempat pintu masuk adalah 200 (dua ratus) centimeter dengan lebar pintu 195 (seratus sembilan puluh lima) centimeter. Halaman depan hingga jalan kampung selebar 9 (sembilan) meter.

Deskripsi masing-masing gua adalah sebagai berikut:

- Gua I

Bangunan gua manghadap ke barat dengan lebar pintu dan lebar ruangan 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter, tinggi pintu 2 (dua) meter dan panjang dua 39,40 (tiga puluh sembilan koma empat puluh) meter. Pada bagian pintu terbuat dari pasangan bata. Selain itu pada bagian bawah sepanjang dinding gua terdapat ceruk-ceruk dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran ceruk terdiri dari beberapa ukuran, yaitu tinggi, sedang, dan kecil. Ceruk yang tinggi kemungkinan dimanfaatkan untuk berlindung dengan posisi tubuh berdiri, ukuran sedang kemungkinan dimanfaatkan untuk posisi tubuh jongkok. Bagian atap rata, tanpa dilepa, kecuali pada bagian dekat pintu. Pada dinding sisi selatan yang berjarak dari pintu gua sepanjang 14,70 (empat belas koma tujuh puluh) meter terdapat lorong yang menghubungkan ke gua II dengan lebar lorong 2,30 (dua koma tiga puluh) meter dan panjang lorong 5(lima) meter

- Gua II

Bangunan gua II ini sejajar dan berhubungan dengan gua I dengan ukuran panjang gua 17 (tujuh belas) meter dan mempunyai pintu masuk dengan lebar 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter, tinggi 2 (dua) meter. Lorong yang menghubungkan dengan gua I berukuran 2,30 (dua koma tiga puluh) meter dengan jarak dari pintu masuk adalah 14,70 (empat belas koma tujuh puluh)meter. Kondisi dinding sama dengan gua I yaitu mempunyai ceruk yang berbeda-beda ukurannya dengan jarak tidak sama pula. Secara keseluruhan ruangan gua tidak hanya selebar 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter, tetapi pada jarak 6,25 (enam koma dua puluh lima) meter sehingga lebar ruangan adalah 4,40 (empat koma empat puluh) meter sampai kedalaman gua 17 (tujuh belas) meter. Pada ruang bagian dalam terdapat bekas rel lori dengan lebar 1,05 (satu koma nol lima) meter denga panjang 4,2 (empat koma dua) meter. Pada dinding sisi selatan terdapat lorong yang menghubungkan gua III.

- Gua III

Bangunan Gua III sejajar dan berhubungan dengan Gua II dengan ukuran panjang gua 39,40 (tiga puluh sembilan koma empat puluh) meter dan mempunyai pintu masuk dengan lebar 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter, tinggi 2 (dua) meter. Lebar ruangan gua III 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter. Kondisi dinding sama dengan Gua I dan Gua II. Pada jarak 14,80 (empat belas koma delapan puluh) meter terdapat lorong yang menghubungkan Gua I, Gua II, dan Gua IV dengan lebar 2,30 (dua koma tiga puluh) meter.

- Gua IV

Keberapaan Gua IV tidak tampak dari luar sebab pintu masuk tertutup tanah. Dengan keadaan yang demikian, kondisi gua menjadi tidak terawat dan banyak kelelawar yang bersembunyi di dalam ruangan ini. Gua IV dihubungkan dengan lorong 2,30 (dua koma tiga puluh) meter. Gua IV sejajar dengan Gua III dengan lebar pintu 1,95 (satu koma sembilan puluh lima) meter dan panjang gua 17 (tujuh belas) meter.”


Cara menuju ke gua Jepang Sentonorejo


Cara pergi ke situs gua ini sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau ojek online untuk dapat menjangkau lokasinya.

Jalur menggunakan kendaraan pribadi dari: Jl. Jogja-Solo - Pertigaan Pasar Prambanan - Jl. Jogja-Piyungan - ikuti petunjuk ke arah Candi Abang - Candi Abang - Goa Jepang Sentonorejo.

Alamat: 5FRF+FHX, Blambangan, Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kode pos 55573

Isi tulisan papan PERINGATAN yang ada di sana


SETIAP ORANG DILARANG MERUSAK, MENCURI, MEMINDAHKAN, MEMISAHKAN CAGAR BUDAYA, BAIK SELURUH MAUPUN BAGIAN BAGIANNYA DAN KESATUAN, KELOMPOK DAN/ATAU DARI LETAK ASAL, TANPA IZIN DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING SINGKAT 6 (ENAM) BULAN PALING LAMA 15 (LIMA BELAS) TAHUN DAN/ DENDA PALING SEDIKIT Rp. 250.000.000,00 (DUA RATUS LIMA PULUH JUTA RUPIAH) DAN PALING TINGGI Rp.10.000.000.000,00 (SEPULUH MILIAR RUPIAH)

UU.RI.NO. 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

- BPCB YOGYAKARTA

Related Posts →


Open Disqus Close Disqus



This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalise ads and to analyse traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Blogger Cookies